Salah seorang penumpang kelas satu yang bernama Adolphe Saalfeld (47) menulis sebuah surat untuk istrinya yang berada di Inggris. Surat itu berbunyi :
"Cuaca tenang dan halus, langit mendung. Hanya ada 370 penumpang Kelas Pertama. Sejauh ini kapal (terasa) tidak bergerak dan berjalan sangat mantap. Ini tidak baik untuk bepergian sendirian dan meninggalkanmu (istriku) di belakang. Saya pikir kamu harus datang waktu berikutnya.”
"Saya memiliki perjalanan panjang dan tidur selama satu jam hingga pukul 5 sore. Band ini bermain (musik) pada sore hari untuk minum teh, tapi aku menikmati kafe di kafe Verandah dengan roti dan mentega dan saya pikir harus membayar tetapi semua makanan di sini gratis.”
Mr Saalfeld berhasil selamat dengan menaiki sekoci no.3
Pada malam 14 April 1912, suhu udara terasa semakin dingin. Langit cerah dan bulan tidak muncul. Kapten Smith yang mendengar tentang laporan gunung es beberapa hari sebelumnya, menghimbau agar Titanic bergerak kearah selatan. Pada malam itu, para pekerja di Crows Nest (Sarang Gagak, tempat untuk melihat dari kejauhan) yaitu Fredrick Fleet dan Reginald Lee, bekerja tanpa menggunakan teropong, dikarenakan petugas kapal yang bernama David Blair, membawa kunci loker Crows Nest sehingga menyulitkan para petugas untuk mengambil teropong. Meskipun begitu ada versi lain yang mengatakan, teropong tidak ada di loker, dan terbawa oleh Blair.
Blair sendiri sebenarnya adalah Opsir kedua kapal Titanic dan Charles Lightoller adalah Opsir pertama saat uji coba pelayaran di Bealfast. Sebelum pelayaran di mulai, posisi pertugas berpindah. William M. Murdoch menjadi Opsir Pertama, sedangkan Lightoller menjadi Opsir Kedua. Blair tidak mendapat posisi dalam pelayaran ini dan meniggalkan Titanic sehari sebelum kapal berlayar dari Southampon, yaitu 9 April 1912.
Tidak adanya teropong menyulitkan Fleet dan Lee untuk melihat apa yang ada di depan kapal. Pada pukul 23:40 waktu setempat, Fleet dan Lee melihat gunung es didepan kapal. Fleet langsung membunyikan lonceng sebanyak tiga kali kemudian menelepon ruang kemudi dan memberitahu, "Gunung es, tepat di depan!" Opsir Pertama Murdoch langsung mengarahkan kemudi ke sisi kiri dan mengurangi kecepatan, kemudian mundurkan mesin kapal. Meskipun begitu tabrakan tetap tidak terhindarkan. Gunung es terapung tersebut bergesekan dengan bagian lambung kanan kapal, dan merobek badan kapal di empat bagian pertama dan mematahkan paku baja di bagian bawah kapal yang tertutup permukaan air sepanjang sekitar 91 m (300 kaki). Pintu kedap air baru berhasil menutup rapat saat air sudah keburu memasuki lima bagian kedap air pertama, lebih satu bagian dari apa yang dapat ditahan Titanic agar tidak tenggelam. Berat lima bagian kedap air yang dimasuki air menarik kapal ke bawah melebihi ketinggian dinding kedap air, kemudian air memasuki bagian lain. Para penumpang kelas tiga merasakan guncangan yang keras. Tapi tidak dengan para penumpang kelas satu, mereka hanya merasakan sedikit guncangan, dan kemudian kembali melakukan aktifitas mereka, tidur atau sekedar bermain kartu. Kapten Smith juga merasakan guncangan hantaman itu, sesampainya ke ruang kemudi dia memerintahkan kapal berhenti sepenuhnya. Setelah pemeriksaan oleh petugas kapal dan penjelasan dari Thomas Andrews, mereka sadar bahwa Titanic akan tenggelam. Setelah tengah malam pada 15 April, perahu penyelamat disiapkan dan panggilan darurat diberitahukan.
bersambung ke bagian 3...........
No comments:
Post a Comment